23 November 2010

Infertilitas

DEFINISI
        Fertilitas adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu menghamilkannya. Infertilitas adalah ketidakmampuan satu pasangan untuk mengusahakan terjadinya kehamilan setelah 1 tahun secara aktif melakukan usaha untuk terjadinya suatu kehamilan dan melahirkan bayi hidup. Infertilitas dibagi dua, yaitu :
·         Infertilitas primer
    Jika istri belum pernah hamil walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan tetap dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. (WHO/FIGO : 2 tahun).
·         Infertilitas sekunder
    Jika istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan tetap dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. (Ukuran frekuensi sanggama yang adekuat : minimal 3 x seminggu)

ETIOLOGI
          Sekitar 50% infertilitas disebabkan dari pihak istri, 40% dari pihak suami dan 10% tidak terjelaskan (infertilitas idiopatik). Proses reproduksi merupakan proses interaksi dan integritas antara saluran reproduksi pria dan wanita yang meliputi :
·         Setiap bulan kelenjar pituitary mengirimkan signal ke ovarium untuk mempersiapkan ovum yang akan dilepas pada saat ovulasi.
·         FSH dan LH merangsang ovarium untuk melepaskan ovum dan disebut fase ovulasi. Hal tersebut berlangsung selama seorang wanita fertil (pada hari ke-14 siklus haid).
·         Transportasi ovum ke pars ampullaris tuba fallopii sehingga terjadi fertilisasi yaitu sekitar 24 jam setelah pelepasan ovum. Konsepsi lebih mungkin terjadi ketika masa subur yaitu satu sampai dua hari sebelum ovulasi.
·         Untuk terjadinya kehamilan, sperma harus bersatu dengan ovum di dalam tuba fallopii. Masa hidup sperma selama 72 jam untuk dapat terjadinya fertilisasi. Selain itu, sperma dan ovum harus bertemu pada saat yang bersamaan di tuba fallopii sehingga konsepsi terjadi. Supaya sperma dan ovum dapat bertemu, pada seorang pria harus terjadi ereksi dan ejakulasi dengan semen yang cukup untuk mengantarkan sperma kedalam vagina tersedia cukup sperma dengan bentuk dan transportasi yang benar. Selain hal-hal tersebut, seorang wanita harus vagina dan uterus yang sehat sehingga sperma dapat mencapai ovum.
·         Jika terjadi fertilisasi, ovum akan berimplantasi di endometrium dan tumbuh hingga umur kehamilan sembilan bulan.
        Pada beberapa pasangan suami-istri terjadi penyimpangan pada proses kompleks tersebut sehingga terjadi infertilitas. Penyebab infertilitas tersebut dapat berasal dari salah satu atau kedua pasangan tersebut.

1. Penyebab infertilitas pada pria
     Beberapa hal dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma, mobilitas atau kemampuan sperma untuk terjadinya fertilisasi menurun. Penyebab tersering infertilitas pada pria adalah produksi dan fungsi sperma yang abnormal, gangguan transportasi sperma, faktor kesehatan dan gaya hidup, dan paparan terhadap zat-zat tertentu yang berlebihan
         a.   Gangguan produksi dan fungsi sperma
·         Gangguan bentuk dan pergerakan sperma
Sperma harus mempunyai bentuk yang normal dan dapat bergerak dengan cepat dan tepat sehingga fertilisasi dapat terjadi. Jika bentuk dan morfologi sperma abnormal atau terdapat gangguan pada motilitas sperma, penetrasi terhadap ovum tidak akan terjadi.
·         Konsentrasi sperma rendah
Normal : >/= 20 juta sperma/ml
Subfertil ( rendah ) : </= 10 juta sperma/ml
Peningkatan fertilitas : >/= 40 juta sperma/ml
·         Varicocele
Varicocele adalah suatu pembuluh vena di dalam scrotum yang mencegah pendinginan normal testis sehingga mengakibatkan gangguan jumlah dan motilitas sperma.
·         Undescensus testis
Undescensus testis terjadi ketika satu atau kedua testicle mengalami kegagalan untuk turun dari abdomen ke dalam scrotum selama perkembangan fetus. Karena testicle terpapar pada suhu tubuh internal yang lebih tinggi daripada suhu didalam scrotum sehingga mempengaruhi produksi sperma.
·         Defisiensi testosteron
Infertilitas dapat diakibatkan oleh kelainan pada testis atau gangguan yang mempengaruhi kelenjar hipotalamus atau hipofisis di dalam otak yang menghasilkan hormon yang mengkontrol testis.
·         Kelainan genetik
Pada kelainan genetik (sindrom Klinefelter/47XXX), menyebabkan perkembangan abnormal dari testis sehingga menghasilkan produksi sperma dan testosteron yang rendah.
·         Infeksi
Infeksi dapat mempengaruhi motilitas sperma yang bersifat sementara. Penyakit Hubungan Seksual (PHS), seperti chlamydia dan gonorrhea dapat menyebabkan scarr dan menutup jalan sperma. Penyakit gondok,  infeksi virus yang biasa menyerang remaja dan terjadi setelah pubertas dapat menyebabkan inflamasi pada testicle sehingga mengakibatkan gangguan pada produksi sperma. Selain itu, prostatitis, urethritis atau epididymitis juga dapat menghambat motilitas sperma.
         b.   Gangguan transportasi sperma
·         Aktivitas seksual
Masalah disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, dyspareunia, atau psikologis dapat mengakibatkan terjadinya infertilitas. Penggunaan lubrikan seperti minyak-minyak atau vaselin memiliki efek toksik pada sperma dan mengakibatkan infertilitas.
·         Ejakulasi retrograde
Hal ini terjadi ketika semen masuk kedalam vesica urinaria selama orgasme dibandingkan ke luar melalui penis. Berbagai kondisi dapat menyebabkan ejakulasi retrograde, antara lain DM, operasi pada vesica urinaria, prostat, uretra, dan pemakaian obat-obatan tertentu.
·         Tidak terdapatnya semen
Tidak terdapatnya semen dapat terjadi pada pria dengan trauma atau penyakit pada korda spinal. Cairan ini membawa sperma dari penis ke vagina.
·         Hypospadia
Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan urethra terbuka abnormal pada bagian bawah penis. Jika tidak dikoreksi secara pembedahan, kondisi ini dapat mencegah sperma mencapai servik.
·         Antibodi anti-sperma
Sperma yang merupakan target dari antibodi akan melumpuhkan atau memperlemah sperma. Hal ini biasanya terjadi setelah vasektomi. Kehadiran antibodi ini mungkin komplikasi dari vasektomi.
·         Fibrosis kistik
Pria dengan fibrosis kistik sering kali terjadi obstruksi pada vas deferens.
         c.   Faktor kesehatan dan gaya hidup
·         Stress emosional
Stress yang berlebihan atau berkepanjangan dapat menghambat pengeluaran hormon-hormon yang diperlukan untuk memproduksi sperma. Infertilitas dapat mempengaruhi hubungan sosial dan fungsi seksual seseorang sehingga menimbulkan stress yang berkepanjangan.
·         Malnutrisi
Defisiensi zat gizi seperti vitamin C, selenium, seng dan folat dapat menimbulkn infertilitas.
·         Obesitas
Peningkatan massa tubuh dapat dihubungkan dengan masalah fertilitas seorang pria.
·         Kanker dan pegobatannya
Pengobatan dengan radiasi maupun chemotherapi untuk kanker dapat menganggu produksi sperma. Semakin dekat pengobatan radiasi ke testis semakin tinggi resiko infertilitas seseorang.
·         Alkohol dan narkoba
ketergantungan Alkohol atau narkoba dapat dihubungkan dengan kesehatan yang buruk dan infertilitas. Sebagai contoh, Steroid anabolik dapat merangsang kekuatan otot dan pertumbuhan sehingga dapat menyebabkan testis menyusut dan produksi mani berkurang.
·         Kondisi-kondisi medis lain
Luka yang berat, penyakit tertentu seperti DM, penyakit gondok, sindrom Cushing, atau anemia bisa dihubungkan dengan infertilitas.
·         Usia
Suatu kemunduran fertilitas dapat terjadi pada orang yang berumur lebih dari 35 tahun.
         d.   Faktor lingkungan
·         Pestisida dan bahan kimia lain
Herbisida dan insektisida dapat menimbulkan efek seperti efek hormon wanita yang terjadi dalam tubuh pria dan berhubungan dengan penurunan produksi sperma dan kanker testis sehingga terjadi infertilitas pada pria.
·         Pajanan panas yang berlebihan pada testis
Seringnya penggunaan sauna atau bak mandi panas dapat meningkatkan suhu tubuh inti sehingga dapat merusak produksi sperma dan menurunkan jumlah sperma.
·         Merokok
Pria yang merokok dapat memiliki jumlah sperma yang lebih rendah dari pria yang tidak merokok.      

2. Penyebab infertilitas pada wanita
a.   Gangguan pada tuba Fallopi
        Rusaknya tuba Fallopi dapat diakibatkan oleh radang (salpingitis) yang biasanya disebabkan oleh Chlamydia. Radang pada tubal akan menimbulkan gejala nyeri dan demam. Tuba yang rusak merupakan faktor resiko utama kehamilan di mana ovum tidak dapat melalui tuba fallopii untuk kemudian berimplantasi di endometrium (kehamilan ektopik)
b.   Endometriosis
Endometriosis terjadi ketika jaringan endometrium yang masih berfungsi berimplantasi serta tumbuh diluar uterus dan mempengaruhi fungsi ovarium, uterus dan tuba fallopii. Implantasi ini bereaksi terhadap siklus hormonal dan pertumbuhan endometrium yang dapat menyebabkan terjadinya radang. Nyeri pelvis dan infertilitas umumnya terjadi pada wanita dengan endometriosis.
c.   Kelainan ovulasi
        Kelainan ovulasi terjadi karena adanya gangguan pada poros hipotalamus-hipofisis-ovarium yang disebabkan oleh adanya tumor, luka, latihan dan kelaparan yang berlebihan sehingga menurunkan kadar hormone LH dan FSH.
d.   Hyperprolactinemia
        Hormon Prolaktin merangsang produksi ASI. Tingginya kadar prolaktin pada wanita yang tidak hamil atau menyusui dapat menyebabkan terjadinya ovulasi. Tingginya kadar prolaktin mengindikasikan adanya tumor pituitari.
e.   Sindrom Polikistik Ovarium (PCOS)
        Pada PCOS, tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon androgen, yang mempengaruhi ovulasi. PCOS juga berhubungan dengan resistensi hormon insulin dan obesitas.
f.    Tumor fibroid uterus jinak
        Fibroids adalah tumor jinak di dinding uterus dan terjadi pada wanita usia 30 tahun-an. Tumor tersebut menyebabkan infertilitas dengan memblok tuba fallopii.
g.   Adhesi pelvis
        Adhesi pelvis adalah pita jaringan parut yang mengikat organ setelah infeksi pelvis, appendisitis, atau tindakan bedah pada pelvis atau abdomen. Jaringan parut ini dapat menyebabkan infertilitas.

3. Penyebab-penyebab lain
·       Pengobatan
Infertilitas sementara dapat terjadi dengan pemakaian obat-obatan tertentu. Dalam banyak kasus, fertilitas pulih kembali ketika pengobatan tersebut dihentikan.
·       Penyakit gondok
Kelainan kelenjar gondok, baik hipertiroidism ataupun hipothyroidism, dapat memutus siklus haid dan menyebabkan infertilitas.
·       Kanker dan pengobatannya
Kanker tertentu, terutama kanker pada wanita reproduktif, sering kali menyebabkan infertilitas pada wanita. Radiasi dan kemoterapi dapat mempengaruhi kemampuan reproduksi wanita. Kemoterapi dapat merusak fungsi reproduksi dan fertilitas pada pria maupun wanita.
·       Kondisi medis lain
Kondisi medis yang berhubungan dengan pubertas atau amenore yang tertunda, seperti penyakit Cushing, sickle cell disease,  HIV/AIDS, penyakit ginjal dan DM dapat mempengaruhi fertilitas wanita.
·       Konsumsi kafein yang berlebihan,
Konsumsi kafein yang berlebihan dapat menyebabkan infertilitas pada wanita.


FAKTOR RESIKO
·         Usia
Setelah usia 32 tahun, potensi fertilitas seorang wanita secara berangsur-angsur mengalami kemunduran. Infertilitas  pada wanita usia tua dapat terjadi karena lebih tingginya tingkat kelainan chromosomal yang terjadi pada ovum. Wanita usia tua juga lebih banyak memiliki masalah dengan kesehatannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat fertilitas wanita tersebut. Selain itu, resiko keguguran juga akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan pada pria, penurunan fertilitas dapat terjadi pada usia lebih dari 35 tahun.
·         Merokok
Pria maupun wanita yang merokok dapat mengurangi kesempatan mereka untuk terjadinya kehamilan dan mengurangi manfaat dari pengobatan fertilitas yang sedang dilakukan. Resiko keguguran lebih sering terjadi pada wanita yang merokok.
·         Alkohol
Pada wanita, tidak ada batas aman dalam penggunaan alkohol selama wanita tersebut dalam keadaan konsepsi atau hamil. Sedangkan penggunaan alkohol yang tidak berlebihan , tidak akan mengurangi tingkat ferilitas seorang pria.
·         Kelebihan berat badan
Pada wanita Amerika, infertilitas sering terjadi karena gaya hidup yang pasif dan kelebihan berat badan.
·         Berat badan terlalu rendah  
Resiko ini terjadi pada wanita yang mengalami gangguan pola makan  seperti anoreksia nervosa atau bulimia, dan wanita yang diet atau asupan kalori sangat rendah. Seorang vegetarian juga dapat mengalami masalah infertilitas karena kekurangan zat gizi penting seperti vitamin B-12, seng, besi dan asam folat.
·         Latihan atau olahraga dengan intensitas berlebihan
Dalam beberapa studi, latihan / olahraga lebih dari tujuh jam dalam satu minggu dapat mempengaruhi terjadinya ovulasi dan fertilisasi in vitro. Sebaliknya, tidak cukupnya latihan / olahraga dapat memicu terjadinya obesitas yang pada akhirnya juga akan meningkatkan infertilitas.
·         Pemakaian kafein
Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat suatu hubungan antara penggunaan terlalu banyak kafein dengan penurunan fertilitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan infertiltas dengan penggunaan kafein yang terlalu banyak tidak menunjukkan efek tak diinginkan. Jika terdapat efek yang merugikan, kemungkinan bahwa kafein mempunyai suatu dampak yang lebih besar pada fertilitas seorang dibanding pria. Penggunaan terlalu banyak kafein memperlihatkan adanya peningkatan resiko abortus.

SCREENING DAN DIAGNOSIS
1.   Diagnosis pada pria
           Seorang pria dikatakan fertil, bila testis memproduksi sperma yang sehat dan dalam jumlah yang cukup serta sperma tersebut harus diejakulasikan secara efektif ke dalam vagina. Tes infertilitas pada pria ditujukan untuk mengetahui gangguan pada system reproduksi pria yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas.
·           Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan alat kelamin dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat medis, penyakit dan kecacatan, pengobatan dan aktivitas seksual.
·           Analisis semen
Analisis semen merupakan test yang paling penting. Specimen bahan semen yang digunakan dalam pemeriksaan umumnya didapatkan dari seks intercourse dan ejakulasi semen kedalam suatu wadah yang bersih. Analisis laboratorium yang dilakukan meliputi kuantitas, warna, dan ada / tidaknya infeksi atau darah. Analisis sperma juga dilakukan yang meliputi kuantitas sperma, abnormalitas bentuk dan motilitas sperma. Namun, sering kali terjadi fluktuasi jumlah sperma dari satu specimen ke specimen selanjutnya.
·           Analisis hormone
Analisis hormone merupakan suatu pemeriksaan darah untuk menentukan kadar hormone testosteron dan hormon-hormon pria lainnya.
·           USG Transrectal dan scrotal
USG dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan seperti ejakulasi retrograde dan obstruksi duktus ejakulatorius.

2.   Diagnosis pada wanita
           Fertilitas pada seorang wanita dapat terjadi bila ovarium melepaskan ovum yang suba fallopii sehingga ertilisasi dapat terjadi. Selain itu, Organ reproduksi harus sehat dan berfungsi dengan baik. Anamnesa juga diperlukan untuk mendiagnosa adanya infertilitas pada seorang wanita. Anamnesa tersebut meliputi, riwayat kesehatan, siklus haid dan kebiasaan seksual. Selanjutnya pemeriksaan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik umum, yang meliputi pemeriksaan ginekologis. Sedangkan pemeriksaan fertilitas, meliputi :
·            Uji ovulasi
Uji ovulasi merupakan suatu pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mengukur kadar hormon untuk menentukan apakah terjadi ovulasi atau tidak.
·            Hysterosalpingography
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi kondisi uterus dan tuba fallopii. Cara pemeriksaannya dengan menyuntikan cairan ke dalam uterus dan dilakukan X-ray untuk mengetahui apakah cairan bergerak ke dalam uterus dan ke dalam tuba fallopii. Adanya obstruksi maupun masalah lain dalam transportasi pada tuba fallopii dapat dikoreksi dengan pembedahan.
·            Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan dengan menggunakan anestesi umum, prosedur ini dilakukan dengan memasukkan suatu alat kedalamabdomen untuk mengamati kondisi abdomen, tulang panggul serta untuk menguji tuba fallopii, ovarium dan uterus. Cara pemeriksaan :
o   Dilakukan insisi kecil (8-10 milimeter) di bawah umbilicus dan dimasukkan suatu jarum ke dalam rongga abdomen.
o   Dimasukkan sejumlah kecil gas ( biasanya karbon dioksida ) kedalam abdomen untuk membuat suatu ruang yang digunakan untuk memasukkan laparoscope (fiber-optic telescope).
Masalah yang paling sering didapati pada pemeriksaan dengan laparoskopi adalah adanya endometriosis dan jaringan parut. Namun, dengan laparoskopi dapat dideteksi adanya suatu obstruksi atau irreguleritas pada tuba fallopii dan uterus serta pasien tidak perlu melakukan rawat inap di Rumah Sakit. 
·            Pemeriksaan hormonal
Pemeriksaan hormonal dilakukan untuk memeriksa kadar hormon ovulasi seperti hormone tiroid dan hormon pituitari.
·            Pemeriksaan reverse ovarium
Pemeriksaan dilakukan untuk menentukan efektivitas ovum setelah ovulasi. Pemeriksaan ini dimulai dengan melakukan pemeriksaan hormonal pada awal siklus menstruasi.
·            Pemeriksaan genetik
Pemeriksaan genetik dilaksanakan untuk menentukan apakah ada suatu kelainan genetik yang menyebabkan infertilitas.
·            USG pelvis
USG pelvis dilaksanakan untuk mencari adanya kelainan atau penyakit pada uterus atau tuba fallopii.
Pada pemeriksaan infertilitas tidak semua dari pemeriksaan diatas dilakukan. Setiap pemeriksaan dilakukan atas indikasi yang tepat dan atas persetujuan antara dokter-pasien.

PENCEGAHAN
          Sebagian besar infertilitas tidak dapat dicegah. Bagaimanapun, menghindari penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok dan konsumsi alkohol berlebihan,  temperatur tinggi seperti berendam dalam bak mandi air panas atau sauna yang dapat mempengaruhi produksi dan motilitas sperma, mungkin dapat mengurangi angka kejadian inferilitas.
        Seorang wanita dapat meningkatkan fertilitasnya sehingga menjadi hamil dengan melakukan :
·         Latihan atau olahraga yang cukup dan reguler
·         Hindari mengangkat beban yang berat karena dapat mempengaruhi produksi hormon yang pada akhirnya dapat menyebabkan infertilitas.
·         Hindari penggunaan alkohol, merokok dan obat-obatan terlarang
        Membatasi penggunaan kafein yaitu tidak lebih dari 250 miligram/ hari (satu atau dua cangkir kopi per hari).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar