Insidens pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui. Pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan 5:1. Pneumotoraks spontan primer sering juga dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya. Pneumotoraks spontan primer banyak dijumpai pada pria dengan usia antara dekade 3 dan 4. Salah satu penelitian menyebutkan sekitar 81% kasus pneumotoraks spontan primer berusia kurang dari 45 tahun. Seaton dan kawan-kawan melaporkan bahwa pasien tuberkulosis aktif mengalami komplikasi pneumotoraks sekitar 1,4% dan jika terdapat kavitas paru komplikasi pneumotoraks meningkat lebih dari 90%.1
Di Olmested Country, Minnesota, Amerika, Melton dan kawan-kawan melakukan penelitian selama 25 tahun (tahun 1950-1974) pada pasien yang terdiagnosis sebagai pneumotoraks atau pneumomediastinum, didapatkan 75 pasien karena trauma, 102 pasien karena iatrogenik dan sisanya 141 pasien karena pneumotoraks spontan. Dari 141 pasien pneumotoraks spontan tersebut 77 pasien pneumotoraks spontan primer dan 64 pasien pneumotoraks spontan sekunder. Pada pasien-pasien pneumotoraks spontan didapatkan angka insidensi pneumotoraks spontan primer terjadi pada 7,4-8,6/100.000 pria per tahun dan 1,2/100.000 wanita per tahun, sedangkan insidensi pneumotoraks spontan sekunder 6,3/100.000 pria per tahun dan 2,0/100.000 wanita per tahun (Loddenkemper, 2003).1
Pneumotoraks spontan berulang dihubungkan dengan siklus menstruasi pertama kali diuraikan oleh Maurer dan kawan-kawan pada tahun 1958. Setelah itu istilah pneumotoraks katamenial diperkenalkan oleh Lillington dan kawan-kawan pada tahun 1972. Sebanyak 25% dari pneumotoraks spontan pada wanita disebabkan oleh pneumotoraks katamenial (8 dari 32 kasus). Walaupun pneumotoraks katamenial merupakan manifestasi klinis yang paling sering dari endometriosis intratorakal, belakangan ini tidak seluruhnya dapat dikenali dan tidak dapat dijelaskan secara lengkap mengenai siklus dan kekambuhan dari pneumotoraks tersebut.2,3
Sesuai dengan perkembangan di bidang pulmonologi telah banyak dikerjakan pendekatan baru berupa tindakan torakostomi disertai video (video assisted thoracoscopy surgery = VATS), ternyata memberikan banyak keuntungan pada pasien-pasien yang mengalami pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah sakit. Dengan teknik VATS dapat dilakukan reseksi bula (wedge resection) dengan endoskopik stapler dan juga dapat dilakukan tindakan pleurodesis pada saat yang sama. Tingkat rekurensi pneumotoraks setelah tindakan tersebut kurang dari 5% (Light, 2002).1
DEFINISI
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks dapat terjadi secara traumatik atau spontan. Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatic diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks.1
Pneumotoraks spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenik). Pneumotoraks spontan dibagi menjadi pneumotoraks spontan primer dan pneumotoraks spontan sekunder. Pneumotoraks spontan primer adalah suatu pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya, umumnya terjadi pada individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya. Pneumotoraks spontan sekunder adalah suatu pneumotoraks yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tuberkulosis paru, PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru dan sebagainya).1
Pneumotoraks katamenial adalah pneumotoraks yang terjadi seiring dengan siklus menstruasi dan dipercaya karena adanya endometriosis pleura. Pneumotoraks katamenial merupakan suatu bentuk lain dari pneumotoraks spontan sekunder yang timbulnya berhubungan dengan menstruasi pada wanita dan sering kali berulang. Pneumotoraks katamenial berbeda dengan pneumotoraks spontan primer. Berdasarkan penelitian, 10 dari 50 wanita yang mengalami pneumotoraks spontan primer juga mengalami pneumotoraks katamenial.1,4,5
PATOFISIOLOGI
Pleura secara anatomis merupakan satu lapis sel mesotelial yang ditunjang oleh jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan kartilago, diafragma dan mediastinum, sangat sensitif terhadap nyeri. Rongga pleura individu sehat terisi cairan (10-20 ml) dan berfungsi sebagai pelumas di antara kedua lapisan pleura.1
Gambar 1. Rongga pleura
Pada keadaan normal, tekanan di dalam rongga pleura lebih kecil daripada tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat istirahat. Seperti tekanan darah yang dicatat dengan menggunakan tekanan atmosfer sebagai rujukan (tekanan sistolik 120 mmHg adalah 120 mmHg lebih besar daripada tekanan atmosfer 760 mmHg atau dalam realitas 880 mmHg), 756 mmHg kadang-kadang disebut sebagai tekanan -4 mmHg. Tekanan -4 mmHg adalah tekanan yang negatif jika dibandingkan dengan tekanan atmosfer normal yang 760 mmHg.7
Tekanan intrapleura tidak diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau intraalveolus, karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga pleura dan atmosfer paru. Karena rongga pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa lubang, udara tidak dapat masuk atau keluar walaupun terdapat gradien tekanan antara rongga pleura dengan sekitarnya.7
Rongga toraks lebih besar daripada paru yang tidak teregang karena dinding toraks tumbuh lebih cepat daripada paru selama masa perkembangan. Namun dua gaya, yakni kohesivitas cairan intrapleura dan gradient tekanan transmural menahan dinding toraks dan paru dalam keadaan berhadapan erat, meregangkan paru untuk mengisi rongga toraks yang lebih besar.7
Molekul-molekul air di dalam cairan intrapleura bertahan dari peregangan karena gaya tarik menarik antara sesama mereka. Kohesivitas cairan intrapleura yang ditimbulkannya cenderung menahan kedua permukaan pleura menyatu. Dengan demikian, cairan intrapleura secara lepas dapat dianggap sebagai perekat antara dinding toraks dan paru. Perubahan dimensi-dimensi toraks selalu disertai oleh perubahan dimensi-dimensi paru, yaitu ketika toraks mengembang, paru juga ikut mengembang.7
Alasan yang lebih penting mengapa paru mengikuti gerakan dinding dada adalah adanya gradien tekanan transmural yang melintasi dinding paru. Tekanan intraalveolus yang setara dengan tekanan atmosfer sebesar 760 mmHg, lebih besar daripada tekanan intrapleura sebesar 756 mmHg, sehingga di dinding paru gaya yang menekan ke arah luar lebih besar daripada gaya yang menekan ke arah dalam. Gradien tekanan transmural mendorong paru ke arah luar, meregangkan atau mengembangkan paru. Karena gradien tekanan inilah paru selalu terdorong untuk mengembang mengisi rongga toraks.7
Gambar 2. Gradien tekanan transmural
Karena baik dinding paru maupun dinding dada tidak berada dalam posisi alamiah mereka sewaktu keduanya berhadapan erat satu sama lain, keduanya terus menerus berusaha mencapai dimensi-dimensi inheren mereka. Paru yang teregang cenderung tertarik ke arah dalam menjauhi dinding dada, sementara dinding dada yang tertekan cenderung bergerak ke arah luar menjauhi paru. Namun, gradien tekanan transmural dan kohesivitas cairan intrapleura mencegah kedua struktur tersebut saling menjauh, kecuali sedikit. Walaupun demikian, pengembangan rongga pleura yang kecil ini saja cukup untuk menyebabkan penurunan tekanan di dalam rongga ini sebesar 4 mmHg, sehingga tekanan intrapleura berada dalam tekanan subatmosfer sebesar 756 mmHg.7
Perlu diketahui bahwa terdapat hubungan timbal balik antara gradien tekanan transmural dan tekanan intrapleura subatmosfer. Paru teregang dan toraks tertekan karena terdapat gradien tekanan transmural di kedua dinding akibat tekanan intrapleura subatmosfer. Tekanan intrapleura sebaliknya bersifat subatmosferik karena paru yang teregang dan toraks yang tertekan cenderung saling menjauh satu sama lain, sedikit mengembangkan rongga pleura dan menurunkan tekanan intrapleura di bawah tekanan atmosfer.7
Apabila tekanan intrapleura disamakan dengan tekanan atmosfer, gradien tekanan transmural akan hilang. Akibatnya, paru dan toraks akan terpisah dan mencari dimensi-dimensi inheren mereka sendiri. Hal inilah yang sebenarnya terjadi apabila udara dibiarkan masuk ke dalam rongga pleura, suatu keadaan yang dikenal sebagai pneumotoraks.7
Dalam keadaan normal, udara tidak masuk ke dalam rongga pleura karena tidak terdapat hubungan antara rongga tersebut dengan atmosfer atau alveolus. Namun jika dinding dada dilubangi (misalnya, akibat tulang iga yang patah atau luka tusuk), udara akan menyerbu masuk ke dalam ronga pleura dari tekanan atmosfer yang lebih tinggi mengikuti penurunan gradien tekanan udara. Tekanan intrapleura dan intraalveolus sekarang seimbang dengan tekanan atmosfer, sehingga gradien tekanan transmural tidak lagi ada baik di dinding dada maupun dinding paru. Tanpa adanya gaya yang meregangkan paru, paru akan kolaps dan menyebabkan keadaan yang disebut sebagai atelektasis. Demikian juga, dinding toraks akan mengembang ke ukuran inherennya, tetapi tidak menimbulkan konsekuensi lebih berat dibandingkan dengan kolapsnya paru. Demikian juga, pneumotoraks dan kolaps paru dapat terjadi apabila udara masuk ke dalam rongga pleura melalui satu lubang di paru yang disebabkan, misalnya oleh proses penyakit.7
Pneumotoraks katamenial adalah pneumotoraks yang terjadi seiring dengan siklus menstruasi dan dipercaya karena terdapatnya endometriosis di pleura. Endometriosis adalah suatu jaringan endometrium yang masih berfungsi yang terdapat di luar kavum uteri. Endometriosis dapat menyerang paru dan membentuk kista coklat (endometrioma) yang berisi darah tua. Bagaimana jaringan endometriosis ini bisa sampai ke pleura masih sulit dimengerti. Kemungkinan timbulnya endometriosis tersebut dengan jalan penyebaran melalui pembuluh darah atau limfe, namun hal ini masih belum dapat dibuktikan.4,8
Pada saat menstruasi, endometrioma yang berisi darah pecah dan darah mengisi rongga pleura. Udara dapat masuk ke dalam rongga pleura melalui celah di pleura viseralis akibat pecahnya endometrioma. Gradien tekanan transmural menghilang, saat ini tekanan intrapleura seimbang dengan tekanan intraalveolus dan tekanan atmosfer. Hal ini mengakibatkan terjadinya kolaps paru.7,9
Pneumotoraks katamenial biasanya mengenai hemitoraks kanan. Penyebabnya karena terjadi implantasi endometriosis di diafragma kanan. Implantasi tersebut terjadi melalui sirkulasi peritoneal dari pelvis menuju ke diafragma kanan. Onset terjadinya kolaps paru dalam 72 jam setelah menstruasi. Umumnya terjadi pada wanita berumur 30-40 tahun, namun dapat juga ditemukan pada wanita muda berumur 10 tahun dan wanita pasca menopouse. Kebanyakan penderita pneumotoraks katamenial memiliki riwayat endometriosis pelvis.3,9
Endometriosis adalah suatu keadaan ditemukannya bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ perut. Endometrium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter, kandung kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru. Gambar 3 menunjukkan suatu endometriosis yang tumbuh di dalam jaringan paru.10
Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia diatas 30 tahun dan kulit putih. Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita subur yang berusia 25-44 tahun, 25-50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia remaja.10
Gambar 3. Endometriosis pneumotoraks katamenial
Penyebab terjadinya endometriosis masih belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa ahli mengemukakan teori sebagai berikut: 8,10
1. Teori ”Sistem Kekebalan”
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
2. Teori ”Genetik”
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak atau saudara penderita endometriosis berisiko besar mengalami endometriosis sendiri. Kajian terbaru (2005) diterbitkan dalam “American Journal of Human Genetics” mendapati kaitan antara endometriosis dan kromosom 10q26. Satu kajian mendapati bahwa, kemungkinannya adalah 5,7 : 1.
3. Teori “Retrograde Menstruation" dari John A. Sampson di tahun 1920-an
Teori ini paling banyak penganutnya. Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah menstruasi terdapat sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Biasanya ditemukan gejala yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk-batuk. Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk setempat pada sisi paru yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru lain. Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendiri-sendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali.12
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi mungkin terlihat sesak nafas, dinding dada asimetris (lebih cembung di sisi yang sakit), terdapat ketinggalan gerak pada paru yang sakit saat inspirasi, sianosis, iktus kordis tergeser ke arah yang sehat. Pada palpasi mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar, taktil fremitus melemah pada sisi yang sakit, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah yang sehat. Pada perkusi mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani. Sedangkan pada auskultasi mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.12
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan rontgen foto toraks. Pada rontgen foto toraks P.A. akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar yang merupakan batas udara dan cairan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal.12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan rontgen foto toraks. Pada rontgen foto toraks posisi posteroanterior (PA) akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila pneumotoraks disertai dengan terdapatnya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar yang merupakan batas udara dan cairan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal. Gambar 4 menunjukkan pneumotoraks paru kanan (anak panah putih menunjukkan tepi dari pleura viseralis).12
Gambar 4. Foto rontgen toraks P.A.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumotoraks katamenial memiliki dua tujuan, yakni mengeluarkan udara dari rongga pleura agar paru dapat mengembang kembali dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi dengan pengobatan hormonal. Prinsip penanganan pneumotoraks diantaranya observasi dan pemberian tambahan oksigen, aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa pleurodesis, torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap bleb atau bulla, serta yang terakhir dengan torakotomi.1
a. Observasi dan Pemberian Tambahan Oksigen
Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari hemitoraks. Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura telah menutup, udara dalam rongga pleura perlahan-lahan akan diresorbsi. Laju resorbsinya diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks per hari. Laju resorbsi tersebut akan meningkat jika diberikan tambahan oksigen. Observasi dilakukan dalam beberapa hari (minggu) dengan foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2 hari.1
b. Aspirasi Dengan Jarum dan Tube Torakostomi
Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks yang luasnya >15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara dari rongga pleura (dekompresi). Tindakan dekompresi dapat dilakukan dengan cara : 1
1. menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar, yaitu dengan :
Ø Jarum infus set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk rongga pleura, kemudian ujung pipa plastik di pangkal saringan tetesan dipotong dan dimasukkan ke dalam botol berisi air kemudian klem dibuka, maka akan timbul gelembung-gelembung udara di dalam botol.
Ø Jarum abbocath no. 14 ditusukkan ke rongga pleura dan setelah mandrin dicabut, dihubungkan dengan pipa infus set, selanjutnya dikerjakan seperti di atas.
Ø Water Sealed Drainage (WSD), yaitu pipa khusus (kateter urin) yang steril dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaran trokar atau klem penjepit. Sebelum trokar dimasukkan ke rongga pleura, terlebih dahulu dilakukan insisi kulit pada ruang antar iga ke enam pada linea aksilaris media. Insisi kulit juga bisa dilakukan pada ruang antar iga kedua pada linea mid klavikula. Sebelum melakukan insisi kulit, daerah tersebut harus diberikan cairan disinfektan dan dilakukan injeksi anestesi lokal dengan xilokain atau prokain 2% dan kemudian ditutup dengan kain duk steril. Setelah trokar masuk ke dalam rongga pleura, pipa khusus (kateter urin) segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian trokar dicabut sehingga hanya pipa khusus tersebut yang masih tertinggal di rongga pleura. Pemasukan pipa khusus tersebut ke arah atas apabila lubang insisi kulit di ruang antar iga keenam dan diarahkan ke bawah jika lubang insisi kulitnya ada di ruang antar iga kedua. Pipa khusus tersebut kemudian dihubungkan dengan pipa yang lebih panjang dan terakhir dengan pipa kaca yang dimasukkan ke dalam air di dalam botol. Masuknya pipa kaca ke dalam air sebaiknya 2 cm dari permukaan air, supaya gelembung udara mudah keluar. Apabila tekanan rongga pleura masih tetap positif, perlu dilakukan penghisapan udara secara aktif (continuous suction) dengan memberikan tekanan -10 cm sampai 20 cm H2O agar supaya paru cepat mengembang. Apabila paru sudah mengembang penuh dan tekanan rongga pleura sudah negatif, maka sebelum dicabut dilakukan uji coba dengan menjepit pipa tersebut selama 24 jam. Tindakan selanjutnya adalah melakukan evaluasi dengan foto rontgen toraks, apakah paru mengembang dan tidak mengempis lagi atau tekanan rongga pleura menjadi positif lagi. Apabila tekanan di dalam rongga pleura menjadi positif lagi maka pipa tersebut belum dapat dicabut. Bila paru sudah mengembang maka WSD dicabut. Pencabutan WSD dilakukan saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal. Skema pemasangan WSD dapat dilihat pada gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Skema pemasangan WSD dengan 1 botol
Gambar 6. Skema pemasangan WSD dengan 2 botol
c. Torakoskopi
Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks dengan alat bantu torakoskop. Torakoskopi yang dipandu dengan video (Video Assisted Thoracoscopy Surgery) memberikan kenyamanan dan keamanan baik bagi operator maupun pasiennya karena akan diperoleh lapangan pandang yang lebih luas dan gambar yang lebih bagus. Dengan prosedur ini dapat dilakukan reseksi bulla atau bleb dan juga bisa dilakukan untuk pleurodesis.1
Tindakan ini dilakukan apabila : 1
Ø Tindakan aspirasi maupun WSD gagal
Ø Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube torakostomi
Ø Terjadinya fistula bronkopleura
Ø Timbulnya kembali pneumotoraks setelah dilakukan pleurodesis
Video Assisted Thoracoscopy Surgery masih merupakan pilihan yang tepat untuk pneumotoraks spontan, lamanya operasi sekitar 45 menit, rasa tidak enak setelah operasi sangat minimal dan lamanya rawat inap di rumah sakit setelah operasi rata-rata 4-6 hari. Gambar 7 menunjukkan sejumlah lesi oval berwarna kecoklatan tersebar di diafragma. Lesi tersebut membesar ukurannya selama siklus menstruasi dan kemudian menghilang seluruhnya secara bersamaan. 1,13
Gambar 7. Video Assisted Thoracoscopy Surgery
d. Torakotomi
Tindakan pembedahan ini indikasinya hampir sama dengan torakoskopi. Tindakan ini dilakukan jika dengan torakoskopi gagal atau jika bleb atau bulla terdapat di apeks paru, maka tindakan torakotomi ini efektif untuk reseksi bleb atau bulla tersebut.1
e. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal endometriosis adalah menciptakan lingkungan hormon rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal maupun jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograd jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri.8
Prinsip kedua adalah menciptakan lingkungan hormon tinggi androgen atau tinggi progestogen (progesteron sintetik) yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Di samping itu, prinsip tinggi androgen atau tinggi progestogen juga menyebabkan keadaan rendah estrogen yang asiklik karena gangguan pertumbuhan pada folikel. Prinsip beberapa cara pengobatan dapat dilihat pada tabel berikut.8
Tabel 1. Pengobatan hormonal pada endometriosis
Cara terapi | Efek | Efek samping |
1. GnRH agonis Ooforektomi | Asiklik Estrogen rendah | Keluhan vasomotor, Atrofi ciri seks sekunder, osteoporosis |
2. Danazol Metiltestosteron | Asiklik Estrogen rendah | Peningkatan berat badan, breakthrough bleeding, akne, hirsutisme, kulit berminyak, perubahan suara |
3. Medroksipogesteron asetat Gestrinon Noretisteron | Asiklik Estrogen rendah bleeding | Peningkatan berat badan, breakthrough bleeding, depresi, bloating |
4. Kontasepsi oral nonsiklik | Asiklik estrogen sedang progestogen tinggi | Mual, breakthrough bleeding |
Androgen
Preparat yang dipakai adalah metiltestosteron sublingual dengan dosis 5 sampai 10 mg per hari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg per hari selama 2-3 bulan berikutnya. Diberikan untuk endometriosis stadium dini dengan gejala nyeri atau dispareuni. Jika rasa nyeri tersebut disebabkan oleh endometriosis, maka nyeri tersebut biasanya akan berkurang atau hilang setelah pengobatan dengan androgen selama satu bulan.8
Estrogen-Progestogen
Berdasarkan prinsip terapi yang telah diuraikan, maka pil kontrasepsi yang dipilih sebaiknya yang mengandung estrogen rendah dan mengandung progestogen yang kuat atau yang mempunyai efek androgenik yang kuat. Saat ini norgestrel dianggap sebagai senyawa progestogen yang poten dan mempunyai efek androgenik yang paling kuat. Untuk pemilihan jenis kontrasepsi oral yang dipakai, dicantumkan kandungan estrogen dan progestogen pada beberapa merk kontrasepsi oral yang beredar di Indonesia pada tabel 2. 8
Tabel 2. Beberapa jenis kontrasepsi oral dalam pengobatan endometriosis
Nama dagang | Estrogen | Progestogen |
1. Noriday | 0,05 mg mestranol | 1 mg noretisteron |
2. Microgynon 30 Nordette | 0,03 mg etinil estradiol | 0,015 norgestrel |
3. Marvelon | 0,03 mg etinil estradiol | 0,015 desogestrel |
4. Eugynon | 0,05 mg etinil estradiol | 0,05 norgestrel |
Progestogen
Progestogen atau progestin adalah nama umum semua senyawa progesteron sintetik. Progestogen dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yakni Pregnan (MPA, Didrogesteron), Estran (Linestrenol, Norelisteron) dan Gonan (Norgestrel, Desogestrel). Berbagai jenis progestogen tersebut (medroksiprogesteron asetat, noretisteron asetat, norgestrel asetat, linestrenol) pernah digunakan sebagai obat tunggal untuk terapi endometriosis. Dosis yang diberikan adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 mg per hari atau noretisteron asetat 30 mg per hari. Pemberian parenteral dapat menggunakan medroksiprogesteron asetat 150 mg setiap 3 bulan sampai 150 mg setiap bulan.8
Danazol
Danazol adalah turunan isoksazol dari 17 alfa etiniltestosteron. Danazol menimbulkan keadaan asiklik, androgen tinggi dan estrogen rendah. Dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan (stadium II) atau sedang (stadium III) adalah 400 mg per hari sedangkan untuk endometriosis berat (stadium IV) dapat diberikan sampai dengan 800 mg per hari. Pada saat ini danazol merupakan obat yang paling efektif untuk endometriosis yang diijinkan oleh US FDA (Federal Drug Administration).8
artikelnya sangat bermanfaat sekali gan :)
BalasHapushttp://obattradisional22.com/obat-tradisional-pneumotoraks/
boleh bagi daftar pustakanya tidak?
BalasHapus